Hay! Lama yaa tidak bertemu di rubrik Sokasik lagi. Apa kabar? Semoga kalian dalam keadaan baik-baik saja. Pasti. Mungkin sekarang akan menjadi tulisan yang bergitu acak dan berantakan. Aku tidak pernah mengatakan bahwa kehidupan ini akan terus baik-baik saja. Aku yakin.
Ngomongin soal ini, mungkin banyak yang merasakan keadaan memang sedang tidak baik-baik saja. Sedikit menghilangkan pemikiran tentang huru-hara tahun baru. Tanpa ada tawa apalagi nyala beberapi percikan api di langit yang sama. Penutup dan pembuka tahun yang cukup berkesan. Malam tahun baru yang selama ini dinantikan untuk menikamati setiap moment hanyalah tinggal cerita. Apalagi untuk orang sepertiku, yang tidak pernah mendapatkan restu orangtua hanya sekadar untuk menikmatinya. Jawabanya sama tidak berubah sama sekali. 'Besok kalau sudah menikah.'
Hati kecil sedikit meronta mengapa menikah sebagai patokan untuk memberikan aku izin. Mungkin ini sudah kali ke-4 aku mengajukan proposal untuk sekadar liburan ke luar kota bersama teman-teman. Hasilnya tetap sama, meskipun usia semakin tua. Sebenarnya aku pribadi tidak begitu menyukai patokan menikah hanya sebagai standar untuk patokan berbagai alasan. Menurutku menikah hanya untuk satu alasan menyempurnakan sebagian dari ibadah terlama. Tanpa harus memikirkan begitu banyak keributan tentang huru-hara. Usia tidak selalu menjadi patokan bahkan berapa lama mengenal orang tersebut juga bukan menjadi syarat utama untuk menikah.
Begitulah fase usia menjelang duapuluh lima berada di fase quarter life crisis. Ada beberapa kutipan menarik yang aku dapatkan dari satupersen.net. Yuk kita ulas!
“Quarter life crisis adalah periode pencarian jati diri yang biasa terjadi di usia 25-30 tahun. Biasanya, krisis ini ditandai dengan munculnya kebingungan serta kebimbangan akan kehidupan. Salah satunya disebabkan oleh banyaknya pilihan hidup yang harus dipilih”
Ketika tiba-tiba merasakan perasaan yang begitu random. Entah memikirkan jawaban atas banyak pertanyaan. Apakah aku melakukan pekerjaan yang benar-benar aku sukai? Rasanya kok bosen banget ya ngerjain hal yang itu-itu aja? Pertanyaan seperti ini mungkin terus menghantui. Mulai saat kalian bangun tidur, bekerja di kantor, sampai balik lagi ke rumah untuk istirahat.
Bahkan overthingking terlalu sering bermunculan. Seperti memikirkan hal yang sepertinya tidak perlu begitu dipikirkan. Kok kayaknya hidupku cuma buat nyenengin orang? Mulai mempertanyakan apa sebenarnya tujuan dari hidupku? Untuk apa menjalani semua ini kalau aku tidak bahagia? Itu menurut para ahli adalah hal yang wajar.
“Quarter life crisis dinilai berdampak pada 86% kaum milenial yang sering merasa tidak nyaman, kesepian, serta depresi dalam hidupnya. Terlepas dari itu, fase ini merupakan suatu hal yang penting untuk dialami seseorang. Salah satunya guna mengenali diri secara lebih mendalam serta mempersiapkan berbagai kemungkinan yang ada di masa depan. Akan tetapi, quarter life crisis bukanlah sesuatu yang harus takutkan. Hal ini memang wajar dialami seseorang yang sedang mengalami masa transisi menuju fase hidup berikutnya. Makanya, penting bagi kalian untuk mempersiapkan fase satu ini dengan baik agar bisa menjalani hidup yang bahagia di masa mendatang”
Tepat bulan Desember kemarin aku mengalaminya. Quarter life crisis terberat dari semenjak aku lahir sampai sekarang ini. Benar saja sangat menakutkan sampai tidak ada tujuan untuk meminta tolong kemana lagi selain kepada Allah Swt. Memang wajar hampir semua orang pasti mengalami hal terberat selama hidupnya. Aku tidak ingin membicarakan tentang siapapun, seperti yang aku katakana sejak awal. Semua yang disampaikan dalam tulisan ini selalu memberikan contoh paling dekat. Di sinilah aku sebagai contoh terdekat. Memang bulan Desember adalalah bulan terberat untuku. Setelah masa-masa sulit begitu banyak aku merasakan kehilangan. Termasuk kehilangan pertemanan sampai ditinggalkan oleh laki-laki yang sejak awal mengenalnya adalah sebuah impian untuk menyempurnakan sebagian dari ibadah terlama yang selama ini aku impikan. Laki- laki yang meninggalkan ketika aku benar-benar tidak ada tujuan setelah beberapa teman memilih untuk sedikit meninggalkan juga.
Sedih. Bingung campur aduk menjadi satu. Aku tidak memiliki tujuan, sama sekali tidak ada. Bahkan hanya sekadar untuk berbagi cerita. Sedikit demi sedikit pikiran semakin tidak jelas, mulai mempertanyakan diri sendiri apakah aku mengalami gejala depresi. Tidak, untunglah menurut salah satu psikolog ini termasuk hal yang wajar. Beberapa hari aku selalu dipastikan pikiran dalam keadaan baik-baik saja. Pelan-pelan kebingungan tersebut menjadi semakin baik. Menata semua hal dari awal. Tentang pertemanan yang sedikit meninggalkan aku tidak memiliki hak apapun untuk memintanya tetap tinggal. Bahkan meminta satu-satunya laki-laki yang membuatku memimpikan banyak hal. Dia hanya mampu meninggalkan bahkan setelah aku dekat dengan ibu dan adiknya. Yaa, begitulah hidup.
Ketakukan, kegelisahan, dan kebingungan selama bulan Desember adalah sebagian dari quarter life crisis. Sama sekali tidak munafik di fase paling berat ini kalian akan merasakan kehilangan sebenar-benarnya kehilangan. Hal tidak terduga sama sekali semua yang kalian lihat indah selama ini, pertemanan yang penuh canda tawa dan laki-laki yang selalu ada. Semua itu tidak akan terus sama. Menyesal, aku sangat meyakini setelah semua pristiwa terberat terlampaui dengan baik disitulah akan kalian temukan hal yang tidak disangka sebelumnya. Meskipun menciptakan beberapa perubahan termasuk lebih suka menyendiri. Iyaa, aku sedang mengalaminya. Lebih berhati-hati ketika kalian dalam keadaan apapun tidak ada yang mampu menguatkan selain diri sendiri. Sayangilah dirimu sendiri. Sekarang aku mulai sedikit mengerti arti love yourself.
See you next time yaa, semoga kalian yang sedang mengalami atau belum mengalami fase quarter life crisis bisa sedikit mengetahui semua hal dalam hidup dan kehidupan ini tidak akan selamanya terlihat baik-baik saja. Hidup itu berjalan, tidak selamanya kalian akan bahagia. Pasti ada masa di mana kalian akan merasakan sedih. Begitupun sebaliknya. Semua terus berulang-ulang.
~Us