"Eh, eh ... Bela lari ke mana tuh?!" tanya Rachel yang sedang bingung bersama satu gengnya. "Erna mana lagi, ayo Gus! Kejar Bela!" ajaknya sambil menggeret lengan baju Agus.
Di waktu yang sama, Erna malah berada di kantin sekolah. Seperti biasa, ia nikmati cappucino cincau dengan menscroll beranda instagramnya.
"Busuk! Senja busuuuuukk!" geram Bela sambil menggebrak meja kantin.
Gebrakan Bela membuat meja menjadi jumping dengan cepat. Hal itu menyebabkan cappucino cincau Erna melompat tinggi dan mengguyur kepalanya seketika. “Ya ... memang busuk … “ ucap Erna dengan muka datar.
Selang beberapa detik, Rachel dan Agus datang dengan penuh engah. “Hah hah hah … Dicariin malah di sini Lo, Er!” ucap Rachel sambil mendorong kepala Erna. “Iyyuuhhhhhh ... Rambut Lo becek banget, Njir! Ada ijo-ijo kentalnya juga ini apaan! Aaaaaaaaa ... Howeeeeeekkkk ... “
Sewaktu kecil, Rachel pernah melihat ulat bulu yang merambat santai di tembok rumahnya. Jijik, ia pun langsung memukul ulat tersebut dengan balok kayu di sekitarnya. Tak terduga, cairan hijau dari tubuh si ulat bulu itu memuncrat ke arah mulutnya yang sedang menganga, karena berteriak ketakutan. Sejak saat itu, Rachel sangat trauma dengan cairan kental berwarna hijau karena selalu membuatnya mual.
"Watthehell ... Jijik bangeeettt, Hell!" teriak Agus mendayu-dayu.
Muntahan Rachel membuat Bela tersenyum miring. "Gue tau apa yang kali ini pantas Senja dapatkan. Tunggu tanggal mainnya, Nja! Hmhmhmhm," cengenges Bela sendirian, yang membuat ketiga temannya linglung.
“Ada apa sih, Bel?” tanya Agus bingung.
Bela melambaikan tangannya dan mengajak anggota gengnya berdiskusi. Ide-ide nakal pun dilontarkannya dengan sangat wasis. Tampak semua anggotanya menganggukkan kepala, seakan mengerti dan mengiyakan rencana yang diberikan.
*
Jam pulang tiba, semua anak meninggalkan sekolah dengan gegas. Siswa beserta orang tua kelas tiga yang baru saja menghadiri acara perpisahan memadati pintu gerbang sekolah. Berbondong-bondong untuk pulang.
Walaupun masih kelas dua, Senja merupakan ketua OSIS di SMA Merdeka. Kepimpinannya sangatlah apik, sampai-sampai kepercayaan seluruh warga sekolah tertuju kepadanya. Karena acara perpisahan disusun oleh OSIS, Bela and the gank pun bersiap-siap menjalankan rencana gilanya dengan menunggu rapat pembubaran panitia selesai.
Terdengar suara musik-musik lirih di dalam ruang OSIS yang tertutup. Sedangkan di luar, tampak gulungan dadung sudah siap di tangan Agus. Ditemani Rachel yang membawa ember berisi air comberan, Erna yang membawa karung goni cukup besar di tangannya, serta Bela yang berdiri sendiri dengan kamera menyala di lantai dua. Kode dengan menyatukan jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran yang diikuti berdirinya ketiga jari sisanya telah serentak mereka acungkan, menandakan kesiapan mereka tentang tugas kerja masing-masing.
Menunggu, dan terus menunggu. Sampai menjelang magrib, masih tak terlihat satupun orang yang keluar dari ruang OSIS. Bela kehabisan baterai kameranya berulang kali. Agus kesemutan hingga beberapa kali menahan kram karena jongkok di atas ruang OSIS. Rachel tampak kempot karena terus-terusan muntah di dalam dan karena ember yang ia bawa. Sedangkan Erna, tanpak santai tertidur pulas bersama bagor yang dijadikannya alas. Mereka tak tahu, bahwa Senja sudah pulang bersamaan dengan anak-anak kelas tiga dan meninggalkan music boxnya menyala di dalam ruang OSIS.