Gunakan fitur Bookmark untuk menyimpan bacaanmu di lain waktu Info!

SEPERTI KISAH - SOKASIK#7


Mengarungi semua perjalanan ini aku yakin tak semudah yang dibayangkan. Semua orang mempunyai kisahnya sendiri. Setiap diri mempunyai cara untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa orang memilih menyebrangi sungai penuh buaya tanpa penyelamat. Sebagian memilih mencari tau seseuatu yang sebenarnya tidak perlu dicari tau. Ada yang masih mencoba berjuang meskipun tau tidak ada harapan. Terjebak dalam keadaan yang jelas tentang konsekuensinya. Mencoba biasa saja setelah beberapa luka yang terpendam lama. Bertahan dalam sistuasi friendzone tanpa akhir yang jelas. Terpancing dalam situasi samar, absurd, dan tampak abu – abu. Semua itu adalah pilihan. Ingin tetap bertahan atau beranjak. Seperti kisah. Kisah yang terangkum terwakilkan oleh beberapa gabungan kata.

Berawal dari keterpaksaan. Aku tidak begitu ingat jelas bagaimana pertama kali mengenal dirinya yang ku sebut teman. Berbalas pesan tidak sama sekali. Sekadar main apalagi. Berbicara hanya seperlunya saja, karena itu aku menyebutnya teman. Mendeskripsikan seseorang yang terlalu absurd untuk dideskripsikan. Menggambarkan seseorang yang selalu terlihat misterius. Yaa, begitulah. Deskripsi teman. Teman. Seperti landak yang tak punya teman. Semua kehidupan dipenuhi dengan duri sehingga tak ada seorang pun yang mampu mengetahuinya. Selain itu, aku harus mempersiapkan hati sekeras besi. Tidak ada yang menarik apalagi menyenangkan pada setiap kata yang terucap. Jauh dari kata manis yang sering oranglain impikan. Jangan pernah mengharapkan pembelaan, apalagi meminta memihak. Meskipun sering ku sebut teman. Sungguh definisi teman tidak ada dalam dirinya. Hanya rangkaian kata yang membingungkan. Menyimpulkan sendiri dari rangkaian tersebut. Membingungkan. Jelas. Membayangkan saja rasanya ingin menjambak rambutnya. Jangan pernah bercerita kepadanya. Hanya menambah tekanan darah. Menyakitkan hati. Menyulitkan diri.

Sedetik, semenit, sejam, sehari, seminggu, sebulan, dan setahun. Dia tetap ku sebut teman meskipun jarang bertemu atau betukar kisah bersama. Kemudian dipertemukan pada kelompok yang sama. Melakukan proyek bersama. Seperti biasa semua sesuai dengan pilihanya. Baiklah, aku terlalu tidak memikirkan. Terserah. Aku lebih mementingkan tentang hal lain. Ku biarkan dia mengatur semua. Semua orang melihat aku dekat dengan dirinya. Jelas. Kami teman. Meskipun di depan banyak orang terlihat begitu dekat. Nyatanya. Sibuk dengan diri sendiri. Hanya saja kita berlabelkan teman. Terulang kembali. Dalam sebuah kegiatan dia juga ada di dalamnya. Entah kenapa? Sungguh menyebalkan hanya dia yang bisa diajak bercanda setiap aku memikirkan banyak hal. Mencoba bekerjasama. Dianatara yang lain hanya dia yang aku kenal lama dan sedikit aku percaya. Baiklah. Aku akan mencoba melupakan tentang omongan yang selalu keluar dalam mulut yang penuh dengan pisau tajam. Hanya dia laki – laki yang bisa ku ajak kerjasama dalam kegiatan. Sedikit saja. Bertahan.

Entah ada mantra apa, nyatanya kegiatan selanjutnya menjadi satu dengan seorang teman yang menyebalkan. Super pelit. Menyebalkan. Sok ganteng. Kali ini hampir 24 jam x 3 waktu lebih banyak. Entah kenapa orang lain menganggap kita dekat. Padahal senyum tawa hanya ada di depan mereka. Betapa kecewa sekaligus menyebalkan semua kegiatan dia rangkum dalam beberapa episode lengkap dengan cover. Aku sangat tidak menyukai itu. Cover yang menakutkan. Menambah ketidakpercayaan diriku menurun. Beberapa kali aku berharap tidak ada seorang pun yang akan membacanya. Menggunakan alur cerita berantakan. Mengutamkan dia. Mengesampingkan banyak hal. Waktu itu juga aku ingin menertawakan diriku sendiri. Disitulah aku merasa tingkat menyebalkan sudah naik melebihi 50%.

Seketika aku menyibukan banyak hal. Menemukan dunia baru. Melakukan banyak hal. Sampai tidak waktu untuk memikirkan cover dan alur menyebalkan itu. Menebarkan rangkaian kata kasar yang paling aku benci. Tidak apa-apa. Setelah ini setahun duatahun aku menemukan perjalanan baru tanpa dia. Kehidupan sedikit baru, lingkungan lebih luas. Definisin teman begitu banyak. Menyenangkan. Banyak kisah. Namun, apalah daya. Kita tidak pernah tau takdir akan menunjukan  kisah kita seperti apa. Setelah pencapaian panjang, lagi lagi harus menjadi satu. Jika waktu  itu aku begitu membencinya. Kali ini aku sangat membutuhkanya. Sangat butuh. Tak ada seorang pun  bisa ku minta bantuan. Tidak yang aku kenal lebih baik dari dia. Teman yang menyebalkan. Disitulah aku mengenalnya lebih bahkan sangat berbeda dari yang selama ini terpikirkan.

Bisa dibilang waktu itu  cukup beruntung dia mau membantuku. Sangat membantu. Setidaknya aku lebih aman ketika ada seseorang yang aku kenal dengan baik. Namun semuanya salah. Aku ternyata tidak mengenal dia dengan baik. Semua yang aku pikirkan di awal hanya topeng dari beberapa kebaikan. Aku harus berterima kasih, berkat dia berat badanku naik 5 kg. Bagaimana tidak. Setiap aku serius memikirkan sesuatu, dia yang ku sebut teman selalu membuat lupa bannyak hal. Kekonyolan yang membuatku seperti orang bodoh. Membuat otak yang penuh pikiran hilang sebentar dari perederan. Aku mengakui. Disinilah aku menemukan definisi teman padanya. Membantu tanpa pamrih. Terkadang merasa kasihan kepadaku. Sesekali dia keluar mengeluarkan sifat aslinya. Terima kasih sudah tidak pernah memperhitungkan apapun. Terima kasih sudah kasih sudah mengantarkanku sampai tujuan akhir. Terima kasih sudah kasihan kepadaku. Menawarkan tumpangan ketika hujan. Memberikan makanan. Terima kasih juga sudah memasukan aku ke dalam ceritamu demi menghindari seseorang yang tergila-gila denganmu. Terima kasih semua perihal itu semua.

Semua kebaikan yang aku dapatkan justru membuatku merasa menjadi orang paling hina. Membuatku orang paling rendah yang pernah aku rasakan. Membuat semua orang di sekeliling kita menganggap aku manusia paling parah. Paling jelek. Paling tidak tau diri. Menyakitkan. Iyaa, aku mendengerkan semua omongan mereka. Seketika itu aku memutuskan untuk berhenti meminta bantuanya. Minta maaf karena tidak bisa menjelaskan sampai sekarang. Menyembunyikan semua itu dengan alasan sakit. Seakan aku menjahuinya. Setelah semua kebaikan yang aku terima. Sekali lagi aku sungguh meminta maaf.

Semua berjalan dengan suasana yang tidak menyenangkan. Hingga aku melupakan semua kepahitan waktu itu. Mengenai beberapa omongan yang aku dengar. Mengenai beberpa orang yang menggap betapa tidak tau dirinya aku. Semua rangkaian itu telah berakhir. Nyatanya tidak. Setelah beberapa kali takdir menemukan aku dengan dia. Betapa bodohnya aku. Merasa bersalah pada kejadian yang sudah lama aku lupakan. Maka takdir itu membawaku padanya. Takdir itu membawaku untuk mencoba membantunya setelah kebaikan yang telah diberikan. Disitulah aku merasa harus membalas semua kebaikan. Aku mencoba menyempatkan sepulang kerja, sepulang kegiatan untuk meluangkan waktu. Meskipun aku tau bantuanku tak begitu berati bagi dirinya. Terima kasih juga sudah mau mengembalikan sebuah tutup bolpoin yang tidak berharga itu kepadaku wkwk Setelah semua berakhir aku pikir sudah. Sampai di sini. Ternyata aku salah takdir membawanya untuk membantu kesulitan yang ada padaku lagi, lagi, dan lagi. Tanpa meminta alasan apapun tanpa memintaku untuk memikirkan apapun. Kenapa harus teman satu ini yang tau semua kesusahanku. Kenapa tidak teman satu ini yang ada waktu aku bahagia. Kenapa selalu kesusahanku dia harus mengetahuinya. Kenapa semua kejelekanku juga dia mengetahuinya.

Seperti kisah. Takdir selalu membawa aku menuju dirinya. Ketika tidak banyak yang bisa kuandalkan. Tidak banyak yang bisa kuberikan. Definisi teman seperti dia. Sekarang aku dapat mendeskripsikanya. Setelah lama aku dapat menyimpulkan tidak semua teman yang terlihat buruk di depanmu akan terus terlihat buruk. Justru sebaliknya. Kamu akan mengenal teman dengan baik setelah beberapa kerjadian. Setelah beberapa waktu. Jangan pernah berpikir berteman dengan laki-laki itu hal yang tidak mungkin. Semuanya mungkin. Terima kasih teman aku tidak bisa mendeskripsikanmu seperti mendeskripsikan orang lain. Tidak bisa menebak isi pikiranmu seperti menebak pikiran orang lain. Terima kasih sudah baik padaku yang hanya rempahan peyek ini wkwkw  semoga seseorang yang kau jaga hatinya merasa beruntung dengan semua kebaikanmu. Sekali lagi terima kasih :)

~ Us

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan sopan. Centang Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi dari komentarmu. :)
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internetmu. Harap sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kamu menggunakan plugin "AdBlock" ya? Yuk matikan dulu fitur Ad-Blocknya dan masukkan anaksenja.com ke dalam whitelist plugin pemblokiran iklanmu!
⋯⋯⋯
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini. Terimakasih sudah berkunjung. :)
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.